Program ini menelusuri, mendokumentasikan dan merekam individu, komunitas, inisiatif, organisasi dan lain sebagainya yang menyimpan arsip-arsip yang berkaitan dengan fokus kerja MUAR. Format dokumentasi adalah media cetak maupun digital (audio, video). Dalam dokumentasi dan rekaman tersebut, akan dipaparkan berbagai hal, terutama bagaimana arsip tersebut disimpan beserta kondisi terkininya, serta apa masa depan arsip tersebut dari sudut pandang pihak yang menyimpannya.
This program explores through the lives of people, communities, initiatives, and organizations that hold archives intertwined with MUAR’s work. Through print, sound, and moving images, the documentation opens windows into the ways these archives are cared for — how they live today, and how their custodians imagine their future. Each record becomes more than a trace of the past; it is a conversation about continuity, fragility, and the many possibilities that lie ahead.
MUAR_HMC_MKS_7
J550
Bertempat di rumah tinggal di Kompleks Perumahan Bumi Tamalanrea Permai, Makassar, Jln. Kerukunan Barat, Blok J No. 550, inisiatif ini pada awalnya berawal dari hobi Ansar Mulkin, inisiator J550, memulung dan mengumpulkan barang-barang jadul yang akan dibuang oleh pemilik sebelumnya. Dalam perkembangannya, hobi tersebut berlanjut sampai saat ini dan sudah sampai pada kondisi sangat banyak serta menumpuknya benda-benda seperti buku, dokumen, koran, piringan hitam, plang toko, sepeda ontel, foto-foto dan lain sebagainya di rumah tinggalnya bersama keluarga. J550 yang sebelumnya juga dikenal sebagai Celebes Vintage Gallery telah dikunjungi oleh berbagai pihak, mulai dari peneliti, pengelola museum, seniman, sejarawan, dan mahasiswa serta telah dimanfaatkan koleksinya untuk keperluan pameran, riset akademik, penerbitan buku dan lain sebagainya.
Located in a private residence at the Bumi Tamalanrea Permai Housing Complex, Makassar, on Jln. Kerukunan Barat, Blok J No. 550, this initiative began with the personal hobby of Ansar Mulkin, the initiator of J550, who started collecting discarded vintage items once deemed no longer useful by their owners. Over time, this hobby evolved and continued to grow, leading to an ever-expanding accumulation of objects in his family home, including books, documents, newspapers, vinyl records, shop signs, old bicycles, photographs, and many more. Formerly known as Celebes Vintage Gallery, J550 has since been visited by researchers, museum professionals, artists, historians, and students. Its collections have been utilized for exhibitions, academic research, book publications, and various other purposes.
MUAR_risdok_2
Arsip Hanoch Luhukay
Semasa hidupnya, Hanoch Luhukay adalah dosen di Universitas Hasanuddin (Unhas) yang berasal dari Maluku. Ia mulai menetap di Makassar sejak 1949. Sebelumnya ia pernah menimba ilmu di Fakultas Sospol, Universitas Gadjah Mada. Sejak mahasiswa, ia menumbuhkan kegemaran untuk mengumpulkan dan merawat berbagai karya cetak, terutama surat kabar, dokumen sejarah, dan karya sastra yang belum diterbitkan. Kini, selain tersebar di berbagai institusi seperti KITLV, Leiden, sebagian arsip peninggalan Hanock disimpan oleh cucunya Deli Luhukay, seorang seniman multimedia yang tinggal di Tamalate, Makassar. Koleksi tersebut terdiri atas arsip cetak seperti buku, surat kabar, dokumen, dan karya sastra serta menjadi sumber yang telah memberi manfaat kepada peneliti, mahasiswa, dosen, wartawan, hingga masyarakat umum dari dalam maupun luar negeri.
During his lifetime, Hanoch Luhukay, originally from Maluku, was a lecturer at Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. He had settled in the city since 1949, after previously studying at the Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Gadjah Mada. From his student years onward, he cultivated a passion for collecting and preserving various printed works, particularly newspapers, historical documents, and unpublished literary writings. Today, while parts of his archive are preserved in institutions such as KITLV in Leiden, a significant portion remains in the care of his grandson, Deli Luhukay, a multimedia artist based in Tamalate, Makassar. The collection—comprising books, newspapers, documents, and literary works—continues to serve as a valuable resource for researchers, students, lecturers, journalists, and the wider public, both within Indonesia and abroad.