This program invites or accepts expression of interests of participants to stay and work in Makassar and across MUAR’s network and ecosystem. It fosters collaboration on projects related to archives, welcoming residents from diverse geographical, disciplinary, and professional backgrounds, both from Indonesia and abroad. Participants include researchers, cultural activists, historians, archivists, artists, and others. The program runs in two formats: residencies directly organized by MUAR, and residencies hosted by MUAR’s network and ecosystem. Stays can range from a minimum of two weeks to three months or longer. During the residency, participants may conduct research, visit sites and communities connected to archival practices, and organize workshops based on their own expertise and skills. Outcomes vary widely—exhibitions, books, audio-visual works, and more—presented either in Makassar or elsewhere.
Residensi Chang En-Man (Taipei)
Chang En-man adalah seniman perempuan asal Taipei, Taiwan yang memiliki latar belakang Paiwan, suatu masyarakat adat di Taiwan. Selama bulan Februari 2025 ia berada di Makassar untuk menelusuri arsip-arsip yang menunjukkan kesamaan bahasa, kuliner dan corak tekstil Sulawesi Selatan dengan masyarakat Paiwan yang nantinya akan dijadikan bahan oleh En-man dalam proyek pameran seni-nya. Selama masa residensi, Chang En-man juga banyak belajar tentang epik La Galigo, terutama peristiwa dalam naskah tersebut yang menyangkut dengan air. Program residensi ini adalah hasil kerjasama Hong-gah Museum (Taipei), Musyawarah Arsip, Riwanua, dan Palimaji. En-man adalah seniman yang telah banyak berpartisipasi dalam berbagai perhelatan dan pameran seni kontemporer, baik di Taiwan sendiri maupun di ajang internasional, salah satunya adalah documenta fifteen/lumbung one di Kassel, Jerman pada 2022 lalu.