Musyawarah Arsip menginisiasi ruang pertemuan antara seniman, peneliti, sejarawan, arsiparis dan berbagai pihak untuk saling menyokong mengerjakan produksi dan presentasi artistik berbasis arsip. Dengan asas kolaborasi lintas disiplin, skema kerja ini mengeksplorasi kemungkinan strategi artistik dalam mengolah arsip dan mempresentasikannya ke publik, baik melalui kegiatan yang dikelola secara mandiri oleh Musyawarah Arsip maupun di ajang (pemeran, festival, dlsb.) yang diorganisir oleh pihak lain, baik di dalam, maupun di luar negeri.
hmc_mks_2
Sejarah, Memori, Peringatan: Sulawesi Selatan
Sejak tahun 2019, Iswanto Hartono, Mirwan Andan dan Hans van Houwelingen menggarap proyek seni berupa film dokumenter mengenai kolonialisme dan kaitannya dengan sejarah, ingatan dan peringatan. Karya ini berkisar pandangan banyak orang dari berbagai generasi terhadap penjajahan di Indonesia dan hubungannya dengan monumen kolonial, baik yang dipertahankan keberadaannya maupun yang dihilangkan. Jakarta dan Aceh dipilih sebagai pintu masuk untuk memulai perjalanan proyek seni ini. Dua karya yang sudah jadi (Jakarta dan Aceh) telah diputar serta didiskusikan di Banda Aceh, Amsterdam, Rabat, dan Marrakesh). Kini, proyek seni ini telah merampungkan pengambilan gambar di Kalimantan Timur (Balikpapan, Samarinda) dan Sulawesi Selatan (Makassar, Barru, dan Pare-Pare) dan pada tahap pengeditan, serta akan diteruskan ke berbagai titik di Indonesia dan di Belanda sendiri. Pengerjaan karya ini dilakukan secara kolaboratif bersama peneliti dan pembuat film (terutama cameraman) setempat di masing-masing lokasi. Sejak akhir 2024, Musyawarah Arsip turut terlibat dalam mendukung proses riset dan produksi karya ini untuk lokasi Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.
Ganefo_7
Alhamdulillah, Nama Kami GANEFO
Proyek seni ini adalah bagian pertama dari serial proyek seni Mirwan Andan dan Iswanto Hartono mengenai era Perang Dingin dan bagaimana Indonesia menyikapinya dengan fokus pada peristiwa GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang terjadi di Jakarta pada 1963. Proyek seni ini pada awalnya adalah undangan kepada Mirwan Andan dari Museum van Hedendaagse Kunst/Museum of Contemporary Art (M HKA), Antwerp, Belgia dengan kurator Nav Haq, untuk mengambil bagian dalam proyek pameran The Geopolitics of Infranstructure. Dalam perkembangannya, bersama seniman Iswanto Hartono, strategi produksi dan presentasi artistik proyek seni ini dirumuskan dan pengerjaan risetnya didukung oleh Musyawarah Arsip. Dengan sokongan dari sejumlah pekerja seni yang berbasis di Makassar, karya yang dihasilkan dalam proyek seni ini adalah 4 mural on canvas ukuran besar, 4 video pendek dan instalasi audio. Dalam pameran yang berlangsung di M HKA sejak 12 Juni – 21 September 2025, keseluruhan karya dipresentasikan dalam rupa instalasi dengan judul Alhamdulillah, Nama Kami GANEFO.
Screenshot
KEMUNING: Pretext for a Film in Seven Chapters
Esai video berdurasi 22:59” ini adalah karya yang dikerjakan berdasarkan berbagai arsip, termasuk arsip keluarga Iswanto Hartono sendiri yang tinggal di Jalan Kemuning di Purworejo, Jawa Tengah. Konsep karya ini berangkat dari premis: bagaimana identitas dan ingatan dibentuk oleh kekuatan-kekuatan politik besar yang ada di sekitar kita dan terkadang kita tidak punya daya apa-apa untuk mengintervensinya ketika pembentukan itu terjadi. Selain arsip keluarganya, Iswanto Hartono juga memakai arsip siaran TVRI yang mengetengahkan peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi Indonesia, yang sangat berpengaruh dalam perjalanan hidup keluarganya. Pada Juni 2025, karya ini dipresentasikan di De Balie, Amsterdam, suatu wahana bagi wacana dan praktik seni kontemporer dan kaitannya dengan politik. Musyawarah Arsip menjadi bagian dalam proyek seni sebagai produser.Selengkapnya.