
DISKUSI
Arsip Pembangkangan Perkawinan Anak
Sabtu, 20 September 2025
16:00 WIB
di Lantai 2, Gudskul Ekosistem
Jl. Durian No. 30A, RT. 4/ RW.4
Jagakarsa, Jakarta Selatan
Pemandu:
Maulida Raviola (Pamflet Generasi)
Pembicara:
Melani Budianta (aktivis kebudayaan dan intelektual publik)
Nurul Muthmainnah (peneliti, Musyawarah Arsip)
Armin Hari (fotografer)
Data UNICEF tahun 2021 menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara tertinggi ke-8 di dunia dengan kasus angka perkawinan anak tertinggi. Perkawinan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pemiskinan struktural, keterbatasan akses terhadap pendidikan dan lapangan kerja, dan juga nilai-nilai budaya yang mempengaruhi pola pengasuhan di dalam keluarga. Diskusi-diskusi mengenai berbagai dampak dan usaha pencegahan perkawinan anak telah banyak digelar, namun faktanya perkawinan anak masih sangat marak terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, baik di desa maupun di kota. Untuk itu, diskusi “Perkawinan Anak & Arsip Pembangkangan” bermaksud mengajak kita melihat bagaimana upaya dan keberhasilan kisah pembangkangan terhadap perkawinan anak dilakukan di berbagai tempat, salah satunya di pelosok Banti, Tanah Duri, Enrekang, Sulawesi Selatan, pada awal 1970-an yang didokumentasikan oleh Musyawarah Arsip. Diskusi ini juga akan menampilkan arsip-arsip foto dan cerita dari penelitian mengenai perkawinan anak di Indonesia.
Kegiatan ini adalah bagian dari Program Publik RURU25: Poros Lumbung. Terselenggara atas kerjasama ruangrupa, Gudskul, Musyawarah Arsip, Riwanua, dan Koneksi Tamalanrea.
Keterangan selanjutnya:
info@musyawaraharsip.org

Pemutaran Film & Diskusi
History - Memory – Commemoration / JAVA 2024 / 69 min.
Iswanto Hartono, Mirwan Andan, Hans van Houwelingen
Pemandu:
Haura Khalisha (Makmoer Djaja)
Pembicara:
Irwansyah, PhD (Pengajar Departemen Ilmu Politik, FISIP, Universitas Indonesia)
Iswanto Hartono, Mirwan Andan, Hans van Houwelingen
Sejak tahun 2019, Iswanto Hartono, Mirwan Andan dan Hans van Houwelingen menggarap proyek seni berupa film dokumenter yang berkaitan dengan sejarah kolonial. Dalam karya ini diperlihatkan bagaimana historiografi, politik, agama, dan pendidikan memengaruhi cara sejarah dipahami, diingat, diperingati, dan diwariskan ke generasi berikutnya.
Jakarta dan Aceh dipilih sebagai pintu masuk untuk memulai perjalanan proyek seni ini. Dua karya yang sudah jadi (Jawa dan Aceh) telah diputar serta didiskusikan di Jakarta, Banda Aceh, Amsterdam, Den Haag, Rotterdam, Rabat, Marrakesh, Tangier dan Casablanca. Kini, proyek seni ini telah merampungkan pengambilan gambar di Kalimantan Timur (Balikpapan, Samarinda) dan Sulawesi Selatan (Makassar, Barru, Pare-Pare dan Palopo) dan dalam tahap pengeditan, serta akan diteruskan ke berbagai titik di Indonesia dan di Belanda sendiri. Pengerjaan karya ini dilakukan secara kolaboratif bersama peneliti dan pembuat film setempat (terutama cameraman) di masing-masing lokasi yang disebutkan di atas.
Keterangan selanjutnya:
info@h-m-c.art