Melalui program ini, pengetahuan tidak terbatas pada rujukan-rujukan arus utama atau sekadar mengulang narasi yang berkembang di masyarakat, tetapi mengedepankan gagasan dari sudut pandang lain untuk memperluas cakrawala pikir dan imajinasi mengenai situasi sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan saat ini. Narasumber yang memantik diskusi berasal dari beragam latar belakang, mulai dari arsiparis, sejarawan, peneliti, hingga seniman yang aktivitasnya banyak ditopang oleh arsip. Program ini ditujukan sebagai ruang temu di mana arsip menjadi basis penting dalam membongkar dan menyatukan kepingan-kepingan informasi yang beredar di sekitar kita, sebuah upaya untuk memberi keterangan pada arsip yang diaktivasi.

Through this program, knowledge is not limited to mainstream references or simply repeating narratives that have developed in society, but rather puts forward ideas from different perspectives to broaden the horizons of thought and imagination regarding the current social, political, economic, and cultural situation. The speakers who spark discussions come from diverse backgrounds, ranging from archivists, historians, researchers, to artists whose activities are largely supported by archives. This program is intended as a meeting space where archives become a crucial basis for dismantling and piecing together the pieces of information circulating around us, an effort to provide information to the activated archives.

PHOTO-2025-09-26-21-54-12

DISKUSI

Arsip Pembangkangan Perkawinan Anak

Pemandu: Maulida Raviola (Pamflet Generasi); Pembicara: Melani Budianta (aktivis kebudayaan dan intelektual publik); Nurul Muthmainnah (peneliti, Musyawarah Arsip); Armin Hari (fotografer)

Data UNICEF tahun 2021 menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara tertinggi ke-8 di dunia dengan kasus angka perkawinan anak tertinggi. Perkawinan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pemiskinan struktural, keterbatasan akses terhadap pendidikan dan lapangan kerja, dan juga nilai-nilai budaya yang mempengaruhi pola pengasuhan di dalam keluarga. Diskusi-diskusi mengenai berbagai dampak dan usaha pencegahan perkawinan anak telah banyak digelar, namun faktanya perkawinan anak masih sangat marak terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, baik di desa maupun di kota. Untuk itu, diskusi “Perkawinan Anak & Arsip Pembangkangan” bermaksud mengajak kita melihat bagaimana upaya dan keberhasilan kisah pembangkangan terhadap perkawinan anak dilakukan di berbagai tempat, salah satunya di pelosok Banti, Tanah Duri, Enrekang, Sulawesi Selatan, pada awal 1970-an yang didokumentasikan oleh Musyawarah Arsip. Diskusi ini juga akan menampilkan arsip-arsip foto dan cerita dari penelitian mengenai perkawinan anak di Indonesia. Kegiatan ini adalah bagian dari Program Publik RURU25: Poros Lumbung. Terselenggara atas kerjasama ruangrupa, Gudskul, Musyawarah Arsip, Riwanua, dan Koneksi Tamalanrea.

Keterangan selanjutnya: info@musyawaraharsip.org

hmc_screening_RURU25

Pemutaran Film & Diskusi/Film Screening & DIscussion

History ­- Memory – Commemoration / JAVA 2024 / 69 min.

Pemandu/Host:
Haura Khalisha (Makmoer Djaja)

Pembicara/Speakers:
Irwansyah, PhD (Pengajar / Lecturer) Departemen Ilmu Politik, FISIP, Universitas Indonesia
Iswanto Hartono, Mirwan Andan, Hans van Houwelingen

Sejak tahun 2019, Iswanto Hartono, Mirwan Andan dan Hans van Houwelingen menggarap proyek seni berupa film dokumenter yang berkaitan dengan sejarah kolonial. Dalam karya ini diperlihatkan bagaimana historiografi, politik, agama, dan pendidikan memengaruhi cara sejarah dipahami, diingat, diperingati, dan diwariskan ke generasi berikutnya. Jakarta dan Aceh dipilih sebagai pintu masuk untuk memulai perjalanan proyek seni ini. Dua karya yang sudah jadi (Jawa dan Aceh) telah diputar serta didiskusikan di Jakarta, Banda Aceh, Amsterdam, Den Haag, Rotterdam, Rabat, Marrakesh, Tangier dan Casablanca. Kini, proyek seni ini telah merampungkan pengambilan gambar di Kalimantan Timur (Balikpapan, Samarinda) dan Sulawesi Selatan (Makassar, Barru, Pare-Pare dan Palopo) dan dalam tahap pengeditan, serta akan diteruskan ke berbagai titik di Indonesia dan di Belanda sendiri. Pengerjaan karya ini dilakukan secara kolaboratif bersama peneliti dan pembuat film setempat (terutama cameraman) di masing-masing lokasi yang disebutkan di atas.

Since 2019, Iswanto Hartono, Mirwan Andan, and Hans van Houwelingen have been working on an art project in the form of a documentary film related to colonial history. This work shows how historiography, politics, religion, and education influence the way history is understood, remembered, commemorated, and passed down to the next generation. Jakarta and Aceh were chosen as the entry points to begin this art project. Two finished works (Java and Aceh) have been screened and discussed in Jakarta, Banda Aceh, Amsterdam, The Hague, Rotterdam, Rabat, Marrakesh, Tangier, and Casablanca. Currently, this art project has completed filming in East Kalimantan (Balikpapan, Samarinda) and South Sulawesi (Makassar, Barru, Pare-Pare, and Palopo) and is in the editing stage. This project will be continued to various locations in Indonesia and the Netherlands itself. This work was carried out collaboratively with local researchers and filmmakers (especially cameramen) in each of the locations mentioned above.

 

Keterangan selanjutnya / More Info:

info@h-m-c.art